Kamis, 06 Oktober 2011

MATHEMATICAL THINKING ACROSS MULTILATERAL CULTURE


By                    : Marsigit
Reviewed by    : Oky Fatma Dewi

Berpikir matematis , merupakan dasar dari bermacam-macam tipe berpikir dan dengan belajar matematika siswa dapat belajar model berpikir logika dan rasional, serta memiliki cakupan yang luas dari aplikasi fisika, statistika dan ekonomi. Berikut akan ditinjau ulang pekerjaan beberapa ahli pendidikan matematika dari konteks kultur yang berbeda dalam hubungan dengan aspek  berpikir matematis.

1.      Australian context: the works of Stacey Kaye
Seperti yang diungkapkan oleh Stacey, K, untuk konteks Australia, berpikir matematis tidak hanya penting untuk memecahkan permasalahan matematika dan untuk belajar matematika. Seorang guru memerlukan pemikiran matematis untuk menganalisa perencanaan pelajaran untuk suatu tujuan yang telah ditetapkan dan mengantisipasi tanggapan para siswa.
2.      British context: the works of David Tall
Untuk konteks Britania, David Tall menunjuk kepada pandangan jangka panjang dari berpikir matematika.
3.      Taiwaness Context: the works of Fou Lai Lin
Fou Lai Lin telah mengembangkan suatu kerangka untuk merancang aktivitas di dalam berpikir matematis. Ia menekuni pendugaan dan membuktikan bahwa menduga di dalam pemikiran matematis adalah suatu proses yang perlu dari memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan membuktikan dan operasi prosedur fasilitas.
4.      Japanese Context: the works of Katagiri
Berpikir matematis berdasarkan sikap matematis, dilaksanakan dengan penyajian matematis dan perlu untuk dipahami. Tujuan dari empat kategori menyerupai proses berpikir, tapi tidak spesifik untuk matematika karena kondisi-kondisi serupa terdapat pada pokok akademik yang lain.
5.      Singapore Context: the works of Yeap Ban Har
Pendidikan memiliki fungsi ekonomi, pendidikan yang dirasa seperti menyiapkan siswa untuk mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di masa depan.
6.      Malaysian Context: the works of Lim Chap Sam
Dalam konteks Malaysia, terdapat tiga komponen utama dari berpikir matematis : a). pengetahuan atau konten matematika, b). operasi mental, c). kecenderungan.
7.      Indonesian Context: the works of Marsigit et.al
Marsigit et al merinci Keputusan Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu Sistem Pendidikan Indonesia seharusnya mengembangkan inteligensi dan kemampuan individu, patriotism, dan respon social, seharusnya membantu pengembangan sikap yang positif dari kepercayaan diri dan pengembangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar